Sistem pengairan tradisional Bali, Subak, menjadi sorotan di Water World Forum 2024 sebagai contoh praktik pengelolaan air yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Subak, yang telah ada sejak abad ke-9, mengintegrasikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan ekologis dalam pengelolaan irigasi sawah. Sistem ini diatur oleh awig-awig, sebuah aturan adat yang memastikan distribusi air yang adil dan efisien di antara para petani.
Di forum internasional tersebut, para peserta dari berbagai negara mengakui keunggulan Subak dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan, sembari menjaga harmoni antara manusia dan alam. Keberhasilan Subak dalam mempertahankan produktivitas pertanian sekaligus melestarikan lingkungan menjadikannya model yang relevan untuk diterapkan di berbagai belahan dunia.
Di Water World Forum 2024, presentasi tentang Subak tidak hanya menampilkan teknik irigasi canggih yang memanfaatkan aliran air dari sumber alami, tetapi juga memperlihatkan bagaimana kolaborasi komunitas dan kearifan lokal dapat menghasilkan solusi inovatif untuk tantangan air global.
Dengan memperkenalkan Subak ke panggung internasional, Bali menunjukkan bahwa warisan budaya tradisional dapat menjadi inspirasi bagi upaya global dalam menghadapi krisis air dan perubahan iklim.
Oleh: Rafael Parnihotan Sianipar