Penyerahan sertifikat dan plakat kepada Narasumber (Sumber: Universitas Bali Dwipa)
Bali merupakan destinasi wisata yang banyak disukai pelancong domestik maupun mancanegara menimbulkan dampak menumpuknya sampah akibat perilaku konsumtif. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), provinsi Bali menghasilkan 915,5 ribu ton timbulan sampah sepanjang tahun 2021. Ini menjadikan Bali sebagai provinsi penghasil sampah terbesar ke-8 di Indonesia. Sampah plastik memang terkesan simpel, namun faktanya penyebaran sampah plastik yang tidak terorganisir dari tahun ke tahun mampu merusak banyak habitat, termasuk laut, tanah, hingga menjadi polutan udara.
Pada Jumat, 17 Februari 2023 Bali Dwipa University bekerja sama dengan Yayasan Punggul Hijau menggelar kegiatan Seminar Bhakti Bali Dwipa Bersih dan Lestari (SBBDBL) yang bertajuk Aplikasi Pengolahan Sampah Plastik Berbasis Desa. Acara ini diselenggarakan sebagai implementasi program Nangun Sat Kerti Loka Bali menuju pulau Bali bersih, aman, nyaman dan lestari. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa dan Lurah se-Bali. Kegiatan seminar ini bertujuan untuk memberi solusi mengenai cara pengolahan sampah plastik yang jumlahnya terus menerus meningkat.
Pameran kerajinan olahan sampah plastik dan mesin biodiesel (Sumber: Godevi)
Bali Dwipa University bekerja sama dengan Yayasan Punggul Hijau telah melakukan pengolahan sampah plastik menghasilkan BIODIESEL yang dalam bentuk cair, hasil dalam bentuk padat menjadi berbagai produk untuk souvenir dan barang kerajinan. Pengolahan sampah plastik ini dengan menggunakan metode pirolisis yaitu proses degradasi suatu material dengan suplai panas yang berjalan tanpa melibatkan oksigen atau dengan oksigen. Sampah menjadi masalah lingkungan yang sering dialami desa. Maka dari itu inovasi pengelolaan sampah sangat penting untuk dilakukan di desa. Pengelolaan sampah di desa dapat dioptimalkan dengan memberdayakan masyarakatnya.
Salah satu peserta dari kegiatan seminar ini berasal dari desa Dangin Puri mengatakan bahwa pengolahan sampah di desa mereka sudah mulai dikelola seperti sampah organik (daun-daunan) tetapi untuk sampah anorganik (plastik) belum bisa diolah karena mesin pengolah sampah plastik tersebut belum ada di desa mereka dan jika mesin tersebut sudah ada di desa maka, sampah plastik tersebut akan diolah menjadi karya seni seperti meja. Kesan dari peserta seminar ini baik karena mereka mendapat pengetahuan baru tentang pengolahan sampah. Untuk kendala pengolahan sampah di desa adalah kekurangan dana dan kesadaran masyarakat nya untuk mengelola sampah. Dibutuhkan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah untuk mengelola sampah tersebut dengan menyediakan bak sampah dan kegiatan kegiatan yang menarik masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola sampah.
Di akhir acara, peserta disuguhkan dengan pameran hasil pengolahan sampah menjadi kerajinan seni yang indah dan mesin pengolah sampah menjadi BIODIESEL.
by: Tivani, Yetrin, Billy, Beatrice, dan Hembang