Desa Wisata Baha dikenal dengan sebuah desa yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dengan keberagaman budaya dan tradisinya. Salah satu tradisi yang dimaksud yaitu adanya tradisi mapeed yang dilakukan secara turun-temurun. Tradisi mapeed ini umumnya dilakukan oleh ibu-ibu PKK di ke-6 Banjar Desa Adat Baha. Ibu-ibu tersebut biasanya mengenakan pakaian adat dan membawa sesajen yang dijinjing di atas kepala dan disusun diatas dulang setinggi 50 cm. Sesajen tersebut dinamai gebogan. Gebogan ini nantinya berisikan janur, buah-buahan dan jajan. Pelaksanaan mapeed ini umumnya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali di Pura Kahyangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem). Tradisi mapeed di Desa Baha dilakukan dalam kurun waktu 3 hari , yang dimana dalam satu harinya terdapat 2 banjar yang mendapat giliran.
Tak hanya sampai di tradisi mapeed, masyarakat Desa Baha juga memiliki sebuah kepercayaan terhadap cerita unik dari Pura Dalem, Desa Baha. Kepercayaan tersebut muncul dari adanya ritual semadi yang dilakukan oleh sesepuh zaman dahulu yang mendapat bisikan adanya keberadaan “Men Brayut & Pan Brayut” yang dipercayai mampu memberikan keturunan bagi masyarakat yang sudah lama menikah namun belum diberi keturunan. Bagi masyarakat yang belum dikaruniai keturunan dapat datang ke Pura Dalem Desa Baha dengan menghaturkan 3 buah daksina yang nantinya akan dituntun oleh Jero Mangku di Pura Dalem dan niscaya dalam kurun waktu yang tidak lama dipercaya akan mendapatkan keturunan.
Penulis | Ni Putu Nova Puspitayanti
Editor | Made Sera Septiani