Desa Ketewel merupakan bagian pesisir pantai dari Kabupaten Gianyar. Setiap daerah di Bali tentu saja memiliki keunikan atau ciri khasnya sendiri, mulai dari kuliner hingga kebudayaan. Desa Ketewel memiliki keunikan pada kulinernya. Olahan kuliner khas Desa Ketewel yang menjadi unggulannya adalah Lawar Plek. Keistimewaan yang membedakan olahan lawar khas Desa Ketewel dengan lawar lainnya yaitu bumbu yang digunakan cenderung sedikit, karena mengikuti resep nenek moyang dan olahan lawar ini disajikan dengan dua versi yaitu lawar matang dan lawar mentah. Uniknya, ada beberapa resep yang hanya disajikan untuk upacara adat dan tidak untuk dijual. Keunikan kulinernya pun bukan hanya soal kelezatan, tetapi nilai nilai tradisi yang masih dijaga dengan baik.
Disamping keunikan Lawar Plek, sejarah Desa Ketewel juga tak kalah menarik. Dahulu kala ada seorang keturunan pemangku di Pasar Agung Besakih yang mengembara di hutan, yang bernama Dukuh Centing. Ketika Dukuh Centing sedang dalam perjalanan ke hutan, Ia melihat sepasang pohon nangka besar. Pohon nangka tersebut dipercaya sebagai jelmaan kedua orang tua Dukuh Centing. Tak lama kemudian, ada suara gaib yang muncul di langit, suara itu berkata bahwa akan lahir 2 orang dari pohon ini yang akan diberi nama Gede Mawa dan Ni Mawit Sari. Namun, nama Gede Mawa diberi gelar I Gede Ketewel. Lalu atas restu Hyang Pasupati, seluruh keturunannya diperbolehkan memakai wangsa Ketewel dan hutan tempat Dukuh Canting mengembara ditetapkan menjadi Desa Ketewel.