SEJARAH UNIK (I)
Sejarah Sayan berkaitan dengan perkembangan kehidupan manusia dari masa ke masa. Kata Sayan diyakini berasal dari kata "Saiya" dan "An" dimana "Saiya" berarti utusan dan "An" mengacu pada sekelompok orang. Sayan tidak dapat dilepaskan dari kisah perjuangan para prajurit Puri Ubud yang diutus menjaga Sayan sebagai benteng perang. Digambarkan, Sayan merupakan kawasan bagi kelompok orang pilihan (Laskar Pemati) yang dikirim oleh Istana Ubud. Saat itu, wilayah perbatasan barat yaitu Sayan sangat lemah, sehingga dikirimlah ksatria-ksatria terpilih untuk menjaga dan mempertahankan kawasan Sayan dan kini ksatria terpilih tersebut akhirnya melebur menjadi masyarakat Sayan yang harmonis.
Sejatinya, Desa Sayan telah mendunia sejak tahun 1928-an. Hal ini dibuktikan dengan terdokumentasinya tarian dan musik tradisional Sayan oleh ilmuwan legendaris dunia seperti Colin McPhee Estate, Etnomusikologi dari California yang berhasil mendokumentasikan angklung anak-anak Sayan pada tahun 1928, Gamelan Jogging Sayan pada tahun 1931-1938, Tarian Kebyar Duduk oleh seniman Sayan I Wayan Sampih dari tahun 1932-1935. Selain itu Tari Pendet di Pura Dalem Sayan dari tahun 1930-1934 berhasil didokumentasikan oleh Miguel Covarrubias yang merupakan seniman, ilmuwan etnis dan sejarawan seni dari Meksiko. Melihat Sayan kental akan nilai seni dan budayanya, maka pada tahun 1942 seorang turis bernama Mrs. Betty menghadiahkan satu set gamelan kepada pemain gamelan di Sayan. Kemudian, pada tahun 1960-an pelukis legendaris asal Belanda, Mr. Arie Smith mengembangkan lukisan otentik kepada anak-anak muda Sayan yang dikenal dengan "Young Artist" yang hingga saat ini menjadi sangat populer di mata dunia.
UNIQUE HISTORY (E)
The history of the Sayan is concerned with the development of human life from time to time. The word Sayan is believed to be derived from the words "Saiya" and "An" where "Saiya" means messenger and "An" refers to a group of people. Sayan cannot be separated from the story of the struggle of the warriors of Puri Ubud who were sent to guard Sayan as a fortress of war. Sayan is an area for a select group of people (Laskar Pemati) sent by the Ubud Palace. At that time, the western border region of Sayan was very weak, so selected knights were sent to guard and defend the Sayan region and now the chosen knights have finally merged into a harmonious Sayan community.
In fact, Sayan Village has been worldwide since the 1928s. This is evidenced by the documentation of traditional Sayan dances and music by world-renowned scientists such as Colin McPhee Estate, Ethnomusicologist from Calofirnia who successfully documented the Sayan children's angklung in 1928, the Sayan Jogging Gamelan in 1931-1938, the Kebyar Duduk Dance by the Sayan artist I Wayan Sampih from 1932-1935. In addition, the Pendet Dance at the Dalem Sayan Temple from 1930-1934 was successfully documented by Miguel Covarrubias who is an artist, ethnic scientist and art historian from Mexico. Seeing Sayan with its strong artistic and cultural values, in 1942 a tourist named Mrs. Betty presented a gamelan set to a gamelan player in Sayan. Then, in the 1960s the legendary Dutch painter, Mr. Arie Smith developed authentic paintings for Sayan young people who are known as "Young Artists" and now have become very popular in the world.
HOW TO REACH (I)
Desa Wisata Sayan terletak tidak jauh dari pusat Ubud dengan waktu tempuh 5 menit. Jarak dari Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai ± 37 km dengan waktu tempuh 1 jam, sedangkan jika di tempuh melalui Kota Denpasar akan memakan waktu selama 45 menit.
HOW TO REACH (E)
Sayan Village is located near the center of Ubud with a travel time around 5 minutes and an hour from I Gusti Ngurah Rai Airport with ± 37 km distance. But if you drive from Denpasar City it will take 45 minutes to get to Sayan Village.
WHAT TO SEE (I)
Desa Sayan menawarkan keindahan alam dan budaya otentik dari dari seperti hamparan persawahan (Subak Bija), melihat seni lukis “Young Artist”, Sungai Ayung dan Sungai Laoh, melihat sunset di Sayan Point dengan pemandangan Sungai Ayung berpadu dengan area persawahan, menonton tarian joged yang diiringi gamelan khas Sayan yaitu Angklung Gangsa dan Angklung Kocok.
WHAT TO SEE (E)
Sayan Village offers its nature and authentic culture to see such as rice fields (Subak Bija), the painting of Young Artist’s maestro, Ayung River and Laoh River’s view, watching sunset from Sayan Point with Ayung River and rice field view, watching the joged dance accompanied by the typical Sayan gamelan, namely Angklung Gangsa and Angklung Kocok.
WHAT TO DO (I)
Terdapat beragam aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Desa Sayan diantaranya cycling, water tubing, jogging, meditasi, yoga tertawa, yoga, spiritual healing, melukat, belajar melukis bersama Young Artist, dan wisata kuliner di Wr. Men Juwel, Wr. D’Teba dan Wr. Bijaku.
WHAT TO DO (E)
Sayan Village has various tourism activities such as cycling, water tubing, jogging, meditation, yoga tertawa activity, yoga, spiritual healing, spiritual activity (melukat), painting with Young Artist maestro, culinary activity at Wr. Men Juwel, Wr. D Teba and Wr. Bijaku.
WHERE TO STAY (I)
Desa Sayan terkenal dengan keindahan alamnya sehingga tempat ini sangat cocok untuk wisatawan yang ingin menikmati keindahan dan ketenangan alam Sayan. Masyarakat lokal Sayan sangat ramah dalam menerima wisatawan. Desa Sayan sudah terlengkapi dengan akomodasi baik hotel berbintang hingga homestay. Jika Anda ingin mendapatkan pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal, Anda dapat menginap di lokal homestay Sayan yaitu Cucu Homestay, Cahyatika Guest House, Teblin House dan Kardi House.
WHERE TO STAY (E)
Sayan Village is famous for its natural beauty, so this place is perfect for tourists who want to enjoy the beauty and tranquility of Sayan’s Nature. The local people of Sayan Village are very friendly to welcoming tourists. Sayan village is equipped with accommodations, from five star hotels to local homestays. If you want to experience Sayan's local people, you can stay at a local Homestay namely Cucu Homestay, Cahyatika Guest House, Teblin House and Kardi House.
WHAT TO BUY (I)
Adapun souvenir lokal dari Desa Sayan yaitu lukisan karya maestro Young Artist serta menu unik “Rujak Kepiting” di Wr. D’teba.
WHAT TO BUY (E)
Local souvenirs from Sayan Village are paintings of the Young Artist Maestro and a unique menu “Rujak Kepiting’ at Wr. D’Teba.
Travel has helped us to understand the meaning of life and it has helped us become better people. Each time we travel, we see the world with new eyes.
This half day tour will take you to the center of world health touri.
The pandemic and limitation has steal our freedom to travel. Meanwhile "stay at home" policy has&.
Yoga Tertawa has been proven to be a.
Get the experience of learning to pa.