Sumber : Kompilasi Godevi, 2024
Godevi Tourism Outlook hadir sebagai respons terhadap perkembangan dan tantangan pariwisata di Bali, khususnya dalam hal keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Seiring dengan pergeseran minat wisatawan yang kini lebih menyukai destinasi-destinasi berbasis alam dan budaya, serta meningkatnya kebutuhan akan pariwisata yang bertanggung jawab, Godevi berupaya menyediakan wawasan dan panduan yang relevan bagi para pelaku industri pariwisata di desa-desa wisata. Outlook ini berfungsi sebagai alat untuk membantu mereka merespons tren global yang berubah, mengoptimalkan potensi lokal, serta mendorong inovasi yang mendukung kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan mengumpulkan data dan analisis tren terbaru, Godevi Tourism Outlook bertujuan untuk menjadi acuan bagi pengembangan desa wisata yang berkelanjutan di Bali, sambil menginspirasi pelaku pariwisata untuk bergerak bersama menuju masa depan yang lebih inklusif dan regeneratif.
Godevi Tourism Outlook menawarkan perspektif baru mengenai potensi dan peluang bagi desa wisata di Bali, dengan fokus khusus pada regenerasi pariwisata yang berkelanjutan. Outlook ini dirancang untuk mengoptimalkan kekayaan alam dan budaya setempat melalui pendekatan pariwisata berbasis masyarakat, di mana pengelolaan desa wisata sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat lokal dengan mempertahankan kearifan lokal serta menjaga kelestarian lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren pariwisata mengalami perubahan signifikan, terutama pasca-pandemi COVID-19, dengan wisatawan yang kini lebih tertarik pada destinasi berbasis alam dan pengalaman autentik. Hal ini membuka peluang besar bagi Godevi untuk merancang model pariwisata regeneratif yang mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi desa wisata. Dengan perspektif yang diperbarui ini, diharapkan Godevi dapat menginspirasi pelaku pariwisata desa untuk memperluas pandangan mereka dan bergerak bersama menuju pariwisata yang lebih berkelanjutan.
Sebagai bagian dari Godevi Tourism Outlook 2025, terdapat tujuh elemen penting yang akan dibahas untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai dinamika dan potensi desa wisata di Bali. Ketujuh elemen ini mencakup: Profil Wisatawan Muda di Kancah Global, yang menyoroti preferensi dan karakteristik wisatawan muda; Tren Pergerakan Wisatawan Muda, yang mencerminkan perubahan pola perjalanan mereka; Destinasi Wisata Populer, yang merangkum tujuan-tujuan yang paling diminati; Dampak Ekonomi, yang meninjau kontribusi finansial wisatawan muda; Referensi Produk Wisata, yang menampilkan produk-produk wisata yang relevan bagi pasar muda; Demografi Wisatawan yang Datang ke Bali, yang menggambarkan karakteristik pengunjung; serta Tantangan dan Solusi Potensial untuk mendukung keberlanjutan pariwisata di Bali.
1. Profil Wisatawan Muda di kancah Global
Rentang Usia: Rentang usia wisatawan muda, terutama yang berusia antara 18 hingga 35 tahun, mencakup generasi Millennial dan Gen Z, yang memiliki preferensi terhadap pengalaman otentik dan berkelanjutan dalam perjalanan wisata mereka.
Demografi Wisatawan Dunia :
Generasi Muda (Millennials dan Gen Z) : Generasi muda, terutama Millennials dan Gen Z, saat ini menyumbang sekitar 40-50% dari total wisatawan global. Mereka memegang peran penting dalam industri pariwisata dengan preferensi yang kuat terhadap pengalaman wisata otentik dan berkelanjutan, serta seringkali mengutamakan teknologi dan media sosial untuk merencanakan perjalanan mereka. Hal ini menyebabkan perubahan dalam pola wisata global, di mana destinasi berkelanjutan dan komunitas lokal semakin mendapat perhatian.
Generasi X: Sekitar 30-35% : Generasi X, yang lahir antara tahun 1965 dan 1980, mewakili sekitar 30-35% dari populasi wisatawan. Mereka dikenal memiliki daya beli yang tinggi dan berada dalam puncak penghasilan, yang menjadikan mereka kelompok yang menarik bagi sektor pariwisata. Generasi ini sering bepergian dengan keluarga karena banyak yang memiliki anak remaja atau anak kecil di rumah. Kebiasaan mereka ini juga memperluas fokus destinasi wisata yang ramah keluarga dan aktivitas yang melibatkan seluruh anggota keluarga.
Baby Boomers: Sekitar 15-20% : Generasi Baby Boomers, lahir sekitar tahun 1946 hingga 1964, merupakan kelompok yang biasanya mengutamakan kenyamanan dalam setiap aktivitasnya, termasuk dalam perjalanan wisata. Baby Boomers kerap memilih perjalanan dengan tujuan untuk relaksasi atau mendapatkan pengalaman budaya yang kaya. Dalam perjalanan, mereka mengutamakan kenyamanan dalam akomodasi, transportasi, dan pelayanan, sering kali memilih fasilitas yang menyediakan pengalaman menyenangkan dengan standar tinggi.
2. Tren Pergerakan Wisatawan Muda
Meningkatnya kesadaran lingkungan dan fleksibilitas pekerjaan jarak jauh telah mempengaruhi tren pariwisata pada generasi muda, terutama Generasi Z dan milenial. Berikut adalah beberapa tren utama :
Permintaan untuk Pariwisata Berkelanjutan: Menurut data dari World Tourism Organization (UNWTO), sekitar 85% dari wisatawan muda kini lebih memilih pilihan perjalanan yang berkelanjutan. Mereka cenderung menghindari aktivitas yang berdampak buruk pada lingkungan dan lebih memilih untuk mendukung bisnis yang menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti menggunakan energi terbarukan dan mengurangi limbah plastik.
Digital Nomadism: Tren bekerja sambil bepergian meningkat drastis, terutama di kalangan generasi muda. Menurut laporan dari MBO Partners, jumlah digital nomad muda di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 10 juta orang. Hal ini memungkinkan mereka untuk menggabungkan pekerjaan dengan eksplorasi budaya baru dan gaya hidup fleksibel.
Perjalanan Solo: Keinginan untuk kebebasan dan eksplorasi mandiri mendorong meningkatnya jumlah wisatawan muda yang melakukan perjalanan solo. Sebuah survei dari Booking.com mengungkapkan bahwa 40% dari Gen Z berencana untuk melakukan perjalanan solo dalam beberapa tahun mendatang, menunjukkan minat yang kuat untuk eksplorasi pribadi.
Penggunaan Teknologi: Generasi muda sangat bergantung pada teknologi dalam merencanakan, memesan, dan berbagi pengalaman perjalanan. Laporan dari Amadeus menunjukkan bahwa 70% wisatawan muda menggunakan aplikasi perjalanan, baik untuk memesan akomodasi, mencari rekomendasi lokal, maupun membagikan pengalaman di media sosial. Teknologi menjadi alat penting bagi mereka untuk mendapatkan informasi dan mengakses layanan dengan cepat.
3. Destinasi Wisata Populer
Eropa memang menjadi destinasi utama bagi wisatawan muda berkat daya tarik budaya dan sejarahnya yang mendalam, termasuk kota-kota seperti Paris, Roma, dan Barcelona yang memiliki berbagai situs bersejarah dan pengalaman budaya yang otentik. Bagi wisatawan muda, Eropa juga menawarkan akses transportasi yang efisien dan pengalaman perjalanan yang mendalam di berbagai negara dalam jarak dekat.
Namun di sisi lain Pulau Bali sendiri merukapan salah satu tujuan wisata yang sangat populer, Bali telah lama dikenal sebagai salah satu destinasi utama bagi wisatawan muda, baik dari dalam negri maupun internasional. Bali sendiri menawarkan daya tarik yang berkombinasi unik seperti pantai yang indah, kehidupan malam yang semarak, warisan budaya yang kaya, dan kesempatan untuk menikmati berbagai aktivitas berbasis petualangan. Berikut alasan mengapa pulau bali menjadi tujuan destinasi yang sangat cocok untuk tren kedepannya :
Pengalaman Autentik : Wisatawan muda sering mencari pengalaman budaya yang autentik di Bali, seperti belajar tentang upacara adat, mengikuti kelas memasak makanan tradisional Bali, berpartisipasi dalam kegiatan spiritual di Pura ataupun wellness journey.
Komunitas Digital Nomad : Bali, khususnya daerah seperti Ubud dan Canggu, telah menjadi hotspot bagi digital nomad. Infrastruktur yang mendukung, seperti coworking spaces, akomodasi yang terjangkau, dan komunitas yang inklusif, membuat Bali menjadi pilihan ideal bagi mereka yang bekerja secara remote sambil menikmati gaya hidup tropis.
Keberlanjutan : Bali juga mulai menarik wisatawan muda yang peduli terhadap lingkungan melalui berbagai inisiatif pariwisata berkelanjutan. Contohnya termasuk penggunaan bahan daur ulang dalam akomodasi, program pengelolaan sampah plastik, dan kegiatan wisata yang mendukung konservasi alam.
4. Dampak Ekonomi
Wisatawan muda memainkan peran penting dalam mendukung ekonomi pariwisata global, dengan kontribusi ekonomi yang signifikan yang mencapai sekitar $330 miliar per tahun. Berdasarkan penelitian oleh Richards dan Wilson (2003), wisatawan muda memiliki preferensi terhadap pengalaman wisata yang otentik dan berkelanjutan, yang secara langsung mendukung ekonomi lokal di destinasi yang mereka kunjungi. Menurut laporan WYSE Travel Confederation (2016), pengeluaran wisatawan muda menunjukkan tren peningkatan yang stabil setiap tahunnya, mencerminkan daya beli dan minat mereka terhadap pengalaman berbasis komunitas. Laporan dari UNWTO dan WYSE (2016) juga mengungkapkan bahwa segmen wisatawan muda menyumbang lebih dari 20% dari total kedatangan internasional, dan nilai pasar ini diproyeksikan terus meningkat dalam dekade berikutnya. Mintel (2017) menambahkan bahwa wisatawan muda, khususnya dari generasi Milenial, cenderung mengalokasikan anggaran mereka pada aktivitas yang berbasis budaya dan komunitas lokal, sehingga memberikan dampak ekonomi positif pada usaha kecil dan menengah di destinasi wisata. Dengan pola konsumsi ini, wisatawan muda tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal, tetapi juga berperan sebagai agen perubahan menuju pariwisata yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
5. Refrensi Produk Wisata
Minat wisatawan muda terhadap desa wisata dan pariwisata pedesaan terus meningkat, didorong oleh keinginan untuk mendapatkan pengalaman yang autentik dan berkelanjutan. Berdasarkan survei WYSE Travel Confederation, lebih dari 70% wisatawan muda kini mencari pengalaman yang lebih mendalam dan berbasis komunitas, yang sangat selaras dengan konsep desa wisata. Data dari UNWTO menunjukkan bahwa sektor pariwisata pedesaan mengalami pertumbuhan stabil, khususnya di kalangan generasi muda yang ingin menjelajahi pengalaman yang berbeda dari wisata urban atau resor konvensional.
Merespons tren ini, Godevi telah berhasil mengemas berbagai produk wisata yang menarik minat besar dari wisatawan muda, seperti authentic experiences, wisata edukasi, dan berbagai lokakarya berbasis keterampilan lokal. Produk-produk ini mencakup pengalaman seperti Batik experiences, coffee experiences, hingga workshop pembuatan dupa dan sejenisnya, yang tidak hanya memberikan wawasan baru kepada pengunjung tetapi juga membangun koneksi mereka dengan budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Dengan strategi kemasan produk yang inovatif ini, Godevi melihat peningkatan signifikan dalam minat wisatawan muda, menjadikan desa wisata di Bali dan Indonesia semakin relevan dan berdaya saing tinggi dalam menarik segmen wisatawan ini di masa mendatang.
6. Demografi Wisatawan Datang ke Bali
Berdasarkan data demografis, wisatawan yang berkunjung ke Bali terbagi dalam tiga kelompok generasi utama dengan preferensi dan karakteristik unik dalam hal tujuan dan aktivitas wisata :

Grafik di atas menunjukkan pembagian wisatawan datang ke Bali berdasarkan kelompok generasi. Sebagian besar wisatawan yang datang adalah generasi muda (Millennials dan Gen Z) yang mencapai sekitar 57.5%, disusul oleh Generasi X (27.5%), dan Baby Boomers (15%). Data ini mencerminkan generasi muda lebih mendominan dalam kunjungan wisatawan ke bali. Generasi muda yang terdiri dari Millennials dan Gen Z biasanya memiliki ketertarikan tinggi terhadap pengalaman otentik dan berbasis petualangan. Mereka cenderung mencari pengalaman yang dapat dibagikan di media sosial dan menarik perhatian. Daya tarik pulau Bali sendiri menjadi tujuan wisata yang sangat tepat untuk wisatawan muda ini, dengan menawarkan pengalaman yang unik seperti alam, budaya, dan kearifan lokal.
7. Tantangan dan Solusi Potensial
Tangtangan
Infrastruktur dan Aksesibilitas : Meningkatkan infrastruktur di daerah pedesaan untuk memastikan aksesibilitas sambil menjaga integritas lingkungan alam sangat penting. Ini termasuk transportasi, akomodasi, dan konektivitas digital.
Solusi Potensial
Menjaga Keaslian : Seiring dengan pertumbuhan pariwisata pedesaan, ada risiko komersialisasi yang mengurangi pengalaman autentik. Memastikan bahwa pengembangan pariwisata didorong oleh komunitas dan sensitif secara budaya akan membantu menjaga keaslian yang menarik wisatawan.
Kesimpulan
Sebagai penutup, Godevi Tourism Outlook 2025 menegaskan bahwa potensi desa wisata di Bali harus dioptimalkan melalui pendekatan yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis komunitas. Dengan pemahaman mendalam tentang preferensi generasi muda yang menghargai pengalaman otentik dan ramah lingkungan, desa wisata dapat menjadi pusat regenerasi pariwisata yang tidak hanya mendukung ekonomi lokal tetapi juga melestarikan budaya dan lingkungan.
Godevi percaya bahwa untuk mewujudkan pariwisata masa depan yang berkelanjutan, perlu ada kolaborasi erat antara masyarakat lokal, pelaku pariwisata, dan pemerintah dalam mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang secara strategis. Dengan komitmen pada kearifan lokal serta inovasi berbasis teknologi, desa wisata Bali dapat menawarkan pengalaman yang unik dan berdaya saing tinggi di kancah global.
Oleh karena itu, Godevi mengajak semua pihak untuk bersama-sama melangkah menuju visi pariwisata yang bukan hanya menarik bagi wisatawan, tetapi juga memberikan dampak jangka panjang yang positif bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan sinergi ini, kita dapat membangun pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memperkaya secara budaya dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.